Jenty Hypnotherapy | Telah Memiliki Ijin Praktek Resmi

Menurut Everett Worthington Jr., seorang profesor psikologi di Virginia Commonwealth University (VCU), memaafkan adalah mengurangi atau membatasi kebencian serta dendam yang mengarah kepada pembalasan. Memaafkan dapat membantu kita untuk menghilangkan pikiran dan perasaan negatif terhadap seseorang atau pun diri sendiri, sehingga kita dapat hidup lebih tenang. Worthingthon, dkk (2007) menyatakan bahwa memaafkan merupakan upaya untuk membawa perasaan negatif dan menggantinya dengan pikiran, perasaan, dan tindakan positif. Namun pada kenyataannya hal ini tidak mudah dilakukan, apalagi secara cepat. Selalu ada persoalan psikologis di antara dua pihak yang pernah mengalami keretakan hubungan akibat suatu kesalahan.

Memaafkan adalah upaya membuang semua keinginan pembalasan dendam dan sakit hati yang bersifat pribadi terhadap pihak yang bersalah atau orang yang menyakiti dan mempunyai keinginan untuk membina hubungan kembali (Smedes, 1991).

Memaafkan dapat menjadi salah satu cara untuk memfasilitasi penyembuhan luka dalam diri seseorang dan antar pribadi yang bermusuhan dan menyakiti (Hapsari, 2011). Worthingthon, dkk (2007) mengungkapkan jika korban transgresi bisa memberi maaf, ia melakukan penggantian emosi negatif (seperti marah atau takut) dari transgresi yang telah dipersepsi individu atau keengganan untuk memaafkan (unforgiveness) ke arah emosi positif (seperti empati, simpati, belas kasih, cinta).

 

 

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRILAKU MEMAAFKAN

Menurut Wade (Munthe, 2013) faktor-faktor yang mempengaruhi Forgiveness atau perilaku memaafkan adalah:

  • Kecerdasan emosi

Yaitu kemampuan untuk memahami keadaan emosi diri sendiri dan orang lain. Mampu mengontrol emosi, memanfaatkan emosi dalam membuat keputusan, perencanaan, memberikan motivasi

  • Respon pelaku

Dimana respon pelaku meminta maaf dengan tulus atau menunjukkan penyesalan yang dalam. Permintaan maaf yang tulus berkorelasi positif dengan forgiveness.

  • Munculnya empati

Empati adalah kemampuan untuk mengerti dan merasakan pengalaman orang lain tanpa mengalami situasinya. Empati menengahi hubungan antara permintaan maaf dengan forgiveness. Munculnya empati ketika pelaku meminta maaf sehingga mendorong korban untuk memaafkannya.

  • Kualitas hubungan

Memaafkan paling mungkin terjadi pada hubungan yang dicirikan oleh kedekatan, komitmen dan kepuasan. Memaafkan juga berhubungan positif dengan seberapa penting hubungan tersebut antara pelaku dan korban

  • Rumination (merenung dan mengingat)

Semakin sering individu merenung dan mengingat-ingat tentang peristiwa dan emosi yang dirasakan akan semakin sulit forgiveness terjadi. Rumination dan usaha menekan dihubungkan dengan motivasi penghindaran (avoidance) dan membalas dendam (revenge)

  • Komitmen agama

Pemeluk agama yang komitmen dengan ajaran agamanya akan memiliki nilai tinggi pada forgiveness dan nilai rendah pada unforgiveness

  • Faktor personal

Sifat pemarah, pencemas, introvert dan kecenderungan merasa malu merupakan faktor penghambat munculnya forgiveness. Sebaliknya sifat pemaaf, extrovert merupakan faktor pemicu terjadinya forgivenes

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan faktor-faktor yang mempengaruhi forgiveness / memaafkan adalah: kecerdasan emosi, respon pelaku, munculnya empati, kualitas hubungan, rumination, komitmen agama, faktor personal, atribusi terhadap pelaku dan kesalahannya

 

1.4.      MANFAAT MEMAAFKAN

Luskin (2002) menunjukkan hasil pnelitian eksperimen yang menunjukkan adanya efek memaafkan secara total terhadap kesehatan emosional. Seseorang yang dilatih memaafkan ternyata jauh lebih tenang kehidupan sosialnya. Mereka menjadi tidak mudah marah, tidak mudah tersinggung dan dapat membina hubungan lebih baik dengan sesama. Orang yang mampu memaafkan juga semakin jarang mengalami konflik dengan orang lain.

Luskin (2002) mengungkapkan ada tiga hal yang menjadikan kehidupan orang yang suka memberi maaf menjadi lebih sehat yaitu:

  • Orang yang memberi maaf tidak mudah tersinggung saat diperlakukan tidak menyenangkan oleh orang lain.
  • Orang yang memberi maaf tidak mudah menyalahkan orang lain ketika hubungannya dengan orang tersebut tidak berjalan seperti yang diharapkan
  • Orang yang memberi maaf memiliki penjelasan nalar terhadap sikap orang lain yang telah menyakitinya